Selasa, 29 November 2011

Anak dan Masa Depan Umat Islam

Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini seringkali kita dengar dan amat lengket di benak kita. Tak ada yang memungkiri ucapan itu, karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekedar ungkapan perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya sudah semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam.
Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak lalu kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Sesungguhnya anak itu adalah amanat bagi kedua orangtuanya. Di saat hatinya masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk serta ditelantarkan bagaikan binatang, maka akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan dipikul kedua orangtua dan umat umumnya apabila meremehkan pendidikan anak-anaknya.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, "Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya." Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firmanNya, "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim: 6). Berkata Amirul Mukminin Ali Radiyallahu ‘anhu, "Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka.".
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan dipinta pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan dipinta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan ia bertanggungjawab, dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya dan ia bertanggungjawab. Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dipinta pertanggungjawabannya." (HR Bukhori dan Muslim dari sahabat Abdullah ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu).
Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada keluarganya." (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam Al Kamil, dan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah dan dishohihkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath 13/113). Demikian pula dalam Shohih Bukhori dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anakmu." Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari mereka kebaikan, para orangtua menjadikan dirinya sebagai madrasah bagi mereka.
Keluarga, terlebih khusus kedua orangtua dan siapa saja yang menduduki kedudukan mereka adalah unsur-unsur yang paling berpengaruh penting dalam membangun sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian sang anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia dini. Seperti Zubair bin Awam misalnya. Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, "Satu orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki." Ia seorang pemuda yang kokoh aqidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya Shofiyah binti Abdul Mutholib, bibinya Rasulullah dan saudara perempuannya Hamzah.
Ali bin Abi Tholib sejak kecil menemani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok teladan bagi para pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad dan yang menjadi mertuanya Khodijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja'far, seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.
Orangtua mana yang tidak gembira jika anaknya tumbuh seperti Umar ibnu Abdul Aziz. Pada usianya yang masih kecil ia menangis, kemudian ibunya bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Ia menjawab, "Aku ingat mati." - waktu itu ia telah menghafal Al Qur'an - ibunya pun menangis mendengar penuturannya. Berkat didikan dan penjagaan ibunya yang sholihah Sufyan Ats Tsauri menjadi ulama besar, amirul mukminin dalam hal hadits. Saat ia masih kecil ibunya berkata padanya, "Carilah ilmu, aku akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil tenunanku." Subhanallah! Anak-anak kita rindu akan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang seperti ini, seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan. Seorang ibu yang super arif dan bijaksana.
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- lihatlah bagaimana para pendahulu kita yang sholih, mereka mengerahkan segala usaha dan waktunya dalam rangka mentarbiyah anak-anaknya yang kelak menjadi penentu baik buruknya masa depan umat. Jangan sampai seorang pun di antara kita berprasangka mencontoh para pendahulu yang sholih adalah berarti kembali ke belakang, kembali ke zaman baheula (istilah orang Sunda).
Di saat orang-orang berlomba-lomba meraih gengsi modernisasi, ketahuilah bahwa mencontoh sebaik-baik umat yang dikeluarkan ke tengah-tengah manusia adalah berarti satu kemajuan yang pesat, teknologi canggih dalam membangun aqidah yang benar, memperbaiki moral yang bejat serta membendung semaraknya free children, sehingga menghantarkan kepada apa yang telah diraih oleh generasi yang mulia yang tiada tandingannya. Meniti jalannya mereka dalam rangka mentarbiyah / mendidik anak berarti tengah mempersiapkan konsep perbaikan umat di masa yang akan datang, dimana tidak akan pernah menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang menjadikan baik generasi umat pertama. Allah berfirman, "Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tiada memahaminya." (QS Al Anbiyaa: 10).
Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah dibutuhkan di zaman yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat dan syubhat yang terus memburu anak-anak kita dari segala arah dihembuskan oleh da'i-da'i sesat yang berada di pintu-pintu neraka jahanam. Allah berfirman, "... sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)." (QS An Nisaa: 27). Benarlah apa yang dikatakan dalam sebuah syair: Siapa menggembala kambing di tempat rawan binatang buas Kemudian lalai darinya, singa akan merebut gembalaannya.
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- Islam sebagai agama yang universal tentu tidaklah mengesampingkan tarbiyah anak, bahkan tarbiyah anak adalah sorotan utama dalam Islam sebab Islam adalah agama tarbiyah. Dengan posisi tarbiyah anak yang demikian pentingnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang sholih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para murobbi / pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai seorang rosul sekaligus menjadi imam para murobbi dunia.
Perhatian dan kecintaannya terhadap anak-anak sangatlah tinggi, terlihat saat beliau mengajari Ibnu Abbas di usianya yang muda belia sehingga tampillah Ibnu Abbas menjadi sosok pemuda yang berilmu, bertaqwa, dan memiliki keberanian yang luar biasa. Salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak, beliau selalu mencium anak-anak bila berjumpa, sebagaimana dalam Shohih Bukhori dari sahabat Abu Hurairoh, ia berkata, "Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencium Hasan ...", juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya dari sahabat Aisyah radliyallahu 'anha berkata, "Seorang badui datang menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan berkata: Kalian selalu menciumi anak-anak, sedangkan kami tidak pernah menciuminya." Lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata, "Kami menginginkan agar Allah mencabut kasih sayang dari hatimu.", tidak ada bahan pengajaran yang paling baik dan sempurna kecuali yang bersumber dari kitab dan sunnah, karena disitulah adanya ilmu yang mencakup segala bidang, seperti ungkapan Imam Syafi'i: Ilmu itu adalah ucapan Allah dan ucapan rosulNya
Sedang selain dari itu adalah bisikan-bisikan syaithon. Alangkah baik bila penulis uraikan beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disarikan dari Al Kitab dan Sunnah. Pertama: mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepadaNya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selainNya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
Kedua: mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjama'ah.
Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua orangtua, dan kepada orang lain.
Keempat: mendidik mereka agar taat kepada kedua orangtua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan rosulNya yang mutlak.
Kelima: menumbuhkan pada diri mereka sikap muroqobah merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.
Keenam: memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilul mukminin al muwahhidin (jalannya mukminin yang bertauhid), salafush sholih generasi terbaik umat ini, dan memberikan loyalitas kepada mereka.
Ketujuh: mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah.
Kedelapan: menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan rujulah serta syaja'ah (kejantanan dan keberanian). Dan masih banyak lagi selain apa yang penulis uraikan di sini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita anak-anak yang sholih. Amin ya Mujiibas sailiin. Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS Al Furqoon: 74).
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- begitulah memang seharusnya pendidikan anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi para orangtua, menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya adalah berarti membiarkan kehancuran anak, orangtuanya, umat, bangsa, dan negara. Sedangkan mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang cerah yang berarti juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua orangtuanya di surga. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di surga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Rabb apa yang membuatku begini?" Kemudian dikatakan padanya, "Permohonan ampun anakmu untukmu." (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairoh). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, "Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS Ath Thuur: 21). Allah-lah yang memberi taufiq kepada apa yang dicintaiNya dan diridloiNya. Walhamdulillahi robbil 'alamin. Wal Ilmu indallah

"Diambil dari, Artikel Kajian Islam Kategori Aqidah, Penulis Ustadz Abu Hamzah Al Atsari

Senin, 28 November 2011

Isyarat Al-Qur’an Tentang Atmosfir

Studi modern memberi bukti penting bahwa atmosfer pada sabuk Allen memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempertahankan kehidupan. Atmosfer menjaga suhu cuaca di sekitar rentang normal. Untuk memikirkan betapa besar nikmat ini, kami mengambil bulan sebagai contoh; suhu satu sisi bulan adalah lebih dari seratus derajat, sementara suhu di sisi lain adalah seratus derajat di bawah nol. Planet terdekat dengan matahari mengalami masalah yang sama. Sebagian besar planet tidak memiliki atmosfer, atau atmosfes yang kurang kepadatannya, sehingga sebagai akibatnya mereka menjadi sasaran meteor berat, ledakan energi destruktif dari matahari dan radiasi yang dipancarkan dari matahari dan bintang lainnya.
Semua planet terhujani meteor kecuali bumi, kecuali beberapa kali saja, dan biasanya sangat kecil yang menembus atmosfer yang mencegah banyak mencapai bumi.
Namun, jika sebuah objek cukup besar maka ia dapat tetap meluncur melalui atmosfer. Kerusakan yang ditimbulkan oleh sebuah meteorit (sebuah benda yang menyerang bumi) tergantung pada ukuran awal. Obyek dengan rentang ukuran 10-100 m dapat menghasilkan kehancuran mirip dengan ledakan atom. Efek kerusakan sangat parah, menghancurkan bangunan, dan bahan yang mudah terbakar menyebabkan api meluas.
Radius efeknya bervariasi tergantung pada ukuran dan komposisi dari obyek, tapi setidaknya berjarak 10 km. Peristiwa Tunguska pada tahun 1908 di Siberia diduga akibat sebuah objek dengan ukuran sekitar 60 m. Ia menyebabkan pohon-pohon radius 20 km rata dengan tanah, dan pohon-pohon radion 40 km rusak. Obyek dengan volume sekitar 10 m menyerang mumi kira-kira sekali dalam satu dekade. Untungnya, hanya benda padat yang mengandung besi, yang mendarat di bumi. Sementara sebagian besar objek dengan ukuran seperti ini meledak di atmosfer sehingga tidak ada efek (selain mungkin suara keras) di bumi. Obyek dengan ukuran yang sedikit lebih besar darinya diperkirakan menghantan bumi beberapa kali dalam milenium atau sekitar setiap 100 -200 tahun.
Obyek dengan diameter 100 m – 1 km bisa menyebabkan kerusakan parah pada kawasan regional, atau sebesar benua. Jika benda tersebut menyerang bumi, mereka hampir pasti menghasilkan kawah, memicu samudra untuk menghasilkan gelombang pasang yang sangat besar. Sebuah objek dengan ukuran 150 m. dapat menghasilkan kawah berdiameter 3 km, selimut ejecta berdiameter 10 km diameter, dan memperluas zona kehancuran lebih jauh keluar. Benda dengan ukuran 1 km menimbulkan zona kehancuran yang mungkin seluas satu negara. Korban tewas bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta. Impactor dengan ukuran 1 km bisa menimbulkan dampak global, termasuk pendinginan global yang disebabkan oleh sejumlah besar debu di atmosfer.
Perkiraan dari catatan geologi menunjukkan bahwa kawah terbentuk di bumi kira-kira sekali dalam tiap 5.000 tahun. Obyek dengan ukuran 1-10 km dapat menyebabkan efek global parah (kepunahan spesies). Dampak pada 65 juta tahun yang lalu akibat sebuah objek dengan diameter 5 – 10 km diperkirakan menjadi penyebab—sebagian atau seluruhnya—kepunahan setengah hidup spesies hewan dan tanaman pada waktu itu, termasuk dinosaurus. Kawah yang ditimbulkan menjadi 10-15 kali lebih besar daripada benda itu sendiri. Kegagalan panen di seluruh dunia akibat debu yang diterbangkan ke atmosfir dapat membahayakan peradaban.
Jadi, benda dengan ukuran lebih besar dari itu bisa membuat spesies manusia punah. Frekuensi hantaman benda-benda meteor ke bumi dapat dianalisa dari geologi dan catatan paleontologis. Benda dengan rentang ukuran yang terakhir diperkirakan terjadi kira-kira setiap 300.000 tahun. Sedangkan obyek dengan ukuran lebih dari itu terjadi sekitar setiap 10 juta tahun.
Atmosfer juga mencegah suhu fatal alam semesta (kira-kira 270 di bawah nol) agar tidak mencapai bumi. Ia juga mencegah radiasi fatal yang dipancarkan dari matahari dan bintang-bintang yang dapat menghancurkan sel hidup. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan sinar yang tak berbahaya dan bermanfaat, seperti sinar ultraviolet dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet, yang hanya sebagiannya lolos atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup.
Energi yang dilepaskan dalam sebuah ledakan Matahari begitu kuat sehingga pikiran manusia tidak akan memahaminya: Sebuah ledakan tunggal setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Dunia ini dilindungi dari efek destruktif energi ini dengan atmosfer dan Sabuk Van Allen.
Dr. Hugh Ross berkata tentang peran penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
“Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi.
Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius – tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.
Al-Qur’an Al-Karim lebih dari 14 abad yang lalu, sebelum lahir ilmu pengetahuan modern, telah menyinggung fakta-fakta yang mengagumkan ini. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an,
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 32)
Powered By Blogger